Jika blog ini bermanfaat bagi anda, bantu klik iklan di blog ini agar bermanfaat bagi saya...

Jangan lupa baca ni...

21 October 2010

Makalah imunisasi

Imun adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai daya kemampuan mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka serangan kuman tertentu. Jadi imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin kedalam tubuh. (Depkes RI, 2000)

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bati atau anak sehingga terhindar dari penyakit.

(Yupi S, 2004)

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. (Ranuh dkk, 2001)

A TUJUAN

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar.

B JENIS IMUNITAS

Ada 2 jenis klasifikasi imunitas, yaitu :

a. Kekebalan aktif

Kekebalan aktif adalah keekbalan yang di buat sendiri oleh tubuh untuk menolak terhadap suatu panyakit tertentu dimdnd prosesnya lambat tetapi dapat bertahan lama. Kekabalan aktif dapat terjadi apabila terjadi stimulus “ system imunitas” yang menghasilkan antibody dan kekebalan seluler dan bertahan lebih lama disbanding kekebalan pasif. (Depkes, 2000)

Kekebalan aktif ada 2 macam:

a) Naturally Acquired (kekebalan yang di dapat secara alami)

Misalnya pada terkena difteri /poliomyelitis dengan proses anak terkena infeksi kemudian terjadi silent abortive, sembuh selanjutnya kebal terhadap penyakit tersebut. Hal ini karena paparan penyakit terhadapsistem kekebalan (sel limfosit) tersebut akan beredar dalam darah darah dan apabila suatu ketika terpapar lagi dengan antigen yang sam, sel limfosit akan memeproduksi antibody untuk mengenbalikan kekuatan imunitas terhadap penyakit tersebut.

b) Kekebalan aktif buatan

Merupakan keekbalan yang di buat tubuh setelah pemberian vaksin. Dikenal dengan imunisasi dasar dan booster. Misalnya pemberian vaksin (cacar dan polio) yang kumannya masih hidup, tetapi sudah dilemahkan (virus, kolera, tipus, pertusis, toksoid (toksis))

b. Kekebalan pasif

Imunisasi pasif merupakan pemberian suntikan atau antibody/immunoglobulin kepada resipien, dimaksudkan untuk pengobatan atau pencegahan terhadap infeksi. Transfer imunitas memberikan proteksi segera terhadap pathogen, akan tetapi bersifat sementara selama antibody masih aktif di dalam tubuh resipien. Pada bayi baru lahir imunitas didapat dari transfer transplasental immunoglobulin B dari ibu. Kadar tergantung umur kehamilan dan spesifik terhadap infeksi lokal.

a) Kekebalan pasif yang diturunkan (Congenital immunity)

Yaitu kekebalan pada bayi , karena mendapatkan zat anti yang diturunkan dari ibunya, ketika ia masih berada di dalam kandungan. Antibodi dari darah ibu, melalui placenta, masuk kedalam darah si ibu.

Macam dan jumlah zat anti yang didapatkannya tergantung pada macam dan jumlah zat anti yang dimiliki ibunya.

Macam kekebalan yang diturunkan antara lain: terhadap tetanus, diptheri, pertussis, typhus.

Kekebalan ini biasanya berlangsung sampai umur 3-5 bulan, karena zat anti ini makin lama makin berkurang, sedang ia sendiri tidak membuatnya.

b) Kekebalan pasif yang disengaja (Artificially induced passive immunity)

Yaitu kekebalan yang diperoleh seseorang karena orang itu diberi zat anti dari luar.

Pemberian zat anti dapat berupa pengobatan (therapeutika) maupun sebagai usaha pencegahan (propilactic).

Misalnya: seorang yang luka karena menginjak paku, karena ia takut menderita tetanus ia disuntik ATS (Anti Tetanus Serum), sebagai usaha pencegahan.

Indikasi imunisasi pasif secara umum

a) Defisiensi sintesis antibody akibat defek B-limfosit bawaan maupun didapat.

b) Rentan terhadap suatu penyakit terpapar atau kemungkinan terpapar ( missal anak dengan leukemia terpapar varisela atau campak) atau tidak cukup waktu untuk memperoleh proteksi dengan vaksinasi (keadaan terpapar campak, rabies, hepatitis B)

c) Sebagai pengobatan membantu menekan dampak toksin (missal keracunan atau luka bakar, difteria, tetanus) atau menekan proses inflamasi yang terjadi (Penyakit kawasaki)

Beberapa prinsip dasar penggunaan imunisasi pasif

a) Kemampuan antibody untuk segara bereaksi, secara umum efikasi tergantung lamanya terpapar atau diberikan sebagai profilaksis.

b) Faktor yang mempengaruhi metabolisme antibody/waktu paruh yang terbatas.

c) Variasi efektivitas berbagai jenis gama globulin.

d) Pengaruh supresi respons imu, pemberian antibody spesifik akan menghambat terbentuknys sntibodi.

Pilihan penggunaan dipengaruhi aleh jenis yang tersedia, jenis antibodi yang diinginkan, cara pemberian, dan waktu pemberian.

C RESPON IMUN

a. Primer

Adalah respon imun yang terjadi pada pajanan pertama kalinya dengan antigen. Antibody yang terbentuk dari respon imun primer kebanyakan adalah IgM dengan titer yang lebih rendah di banding dengan respon imun sekunder, demikian pula afinitasnya.

b. Sekunder

Antubody yang terbentuk terutama adalah IgG dengsn titer dan afinitas lebih tinggi dari pada respon imun primer karena sel memori yang terbentuk pada respon imun primer akan cepat mengalami transformasi blast, proliferasi dan diferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan antibody. Respon imun sekunder diterapkan dengan memberikan vakasin berulang.

D KEBERHASILAN IMUNISASI

Tergantung dari:

a Status imun penjamu

Kekebalan vaksinasi memerlukan maturasi imunologik. Pada bayi neonatus fungsi makrofag masih kurang, fungsi sel T (T Supresor) relative lebih menonjol dibandingkan dengan bayi atau anak karena fungsi imun masa intra uterin lebih di tekankan pada toleransi dan hal ini dapat terlihat pada saat bayi baru lahir. Pembentukan antibody spesifik terhadap antigen tertentu masih kurang di bandingkan anak. Maka bila imunitas diberikan sebelum bayi berumur 2 bulan jangan lupa memberikan imunisasai ulangan. Status imun mempengaruhi pula hasil imunisasi. Individu yang mendapat obat imunosupresan, menderita defisiensi imun sekunder seperti penyakit keganasan. Demikian pula individu yang menderita penyakit sian gstemikseperti campak, tuberculosis akan mempengaruhi keberhasilan imunitas. Keadaan gizi buruk akan menurunkan fungsi sel system imun seperti makrofag dan limfosit. Imunitas seluler menurun dan imunitas humoral spesifitasnya rendah. Meskipun kadar globulin normal atau tinggi, immunoglobulin yang terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan baik karena terdapat kekurangan asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis antibody. Kadar komplemen juga berjurang dan mobilisasi makrofag berkurang, akibatnya respon terhadap vaksin atau toksoid berkurang.

b Genetik penjamu

Interaksi sel imun di pengaruhi oleh variabilitas genetic. Secara genetic respon imun manusia dapat dibagi atas respon baik, cukup dan rendah terhadap antigen tertentu, maka tidak heran bila kita menemukan keberhasilan vaksin yang tidak 100%.

c Kualitas dan Kuantitas vaksin

Vaksin adalah mikroorganisme atau toksoid yang di ubah sedemikian rupa sehingga patogenitas atau toksisitasnya hilang tetapi masih tetap mengandung sifat antigenitas. Faktor kualitas dan kuantitas vaksin seperti pemberian, dosis, frekuensi pemberian dan jenis vaksin.

a) Cara pemberian vaksin

Akan mempengaruhi respon yang timbul. Misalnya vaksin polio oral akan menimbulkan imunitas lokal disamping sistemik, sedangkan vaksin polio parenteral akan memberikan imunitas sistemik saja.

b) Dosis vaksin

Terlalu tinggi atau terlalu rendah juga mempengaruhi respon imun yang terjadi. Dosis terlalu tinggi akan menghambat respon imun yang diharapkan, sedang dosis yang terlalu rendah tidak merangsang sel-sel imunokompeten.

c) Frekuensi pemberian

Juga mempengaruhi respon imun yang terjadi. Sebagimana telah kita ketahui, respon imun sekunder menimbulksn sel efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi produksinya, dan afinitasnya lebih tinggi. Disamping frekuensi, jarak pemberianpun akan mempengaruhi respon imun yang terjadi. Bila pemberian vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibody spesifik yang masih tingggi, maka antigen yang masuk segera dinetralkan oleh antibody spesifik yangi masih tinggi sehingga tidak sempat merangsang sel imunokompeten. Bahkan dapat terjadi apa yang dinamakan reaksi Arthus, yaitu bengkak kemerahan di daerah suntikan antigen akibat pembentukan kompleks antigen-antibodi lokal sehingga terjadi peradangan lokal. Karena itu pemberian ulang (booster) sebaiknya mengikuti apa yang dianjurkan sesuai dengan hasil uji klinis.

d) Jenis vaksin

Vaksin hidup akan menimbulkan respon imun lebih baik dibandingkan vaksin mati atau yang inaktivasi (killer atau anactivatid) atau bagian (komponen) dari mikroorganisme. Rangsangan sel Tc memori membutuhkan suatu sel yang terinfeksi, karena itu di butuhkan vaksin hidup.

E MACAM IMUN

Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)

DepKes (2000) menetapkan bahwa ada tujuh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi:

1. Tuberkulosis:
Penyakit Tuberkulosis: adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar kuman TB menyerang Paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu taha terhadap asam pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
Sumber penularana adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe,saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-nagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Imunisasi yang dapat mencegah penyakit ini adalah BCG.

2. Difteri

Penyakit infeksi ini disebabkan oleh Corynebakterium dhyptheriae tipe gravis , milis dan intermedius, yang menular melalaui oercikan ludah yang tercemar. Anak ang terkena difteri akan menunjukkan gejala ringan sampai berat. Kematian dapat terjadi apabila gagal jantung dan obstruksi jalan nafas yang tidak bias dihindarkan. Difteri dapt menjadi endemic pada linhkungan masyarakat yang social ekonominya rendah karena banyak difteri kulit yang diderita anak-anak dan menukar dengan cepat. Imunisasi ang diberikan untuk mencegah penyakit ini adalah DPT pada anak dibawah satu tahun (imunisasi dasar) dan DT pada anak kelas 1 dan VI SD (booster)

3. Pertusis

Penyakit ini disebabkan oleh Bordetella pertusis denagn penularan melalui droplet. Bahaya dari pertusis adalah batuk pilek, kemudian pada hari ke 10 batuk bertambah berat dan sering kali disertai muntah. Imunisasi DPT adalah salah satu cara untuk pencegahan ang dilakukan karena kekebalan ibu tidak bersifat protektif, (DepKes, 2000)

4. Tetanus

Penyakit infeksi ini disebabkan oleh Mycrobacterium tetani yang berbentuk spora masuk kedalam luka terbuka, berkembang biak secara anaerobic, dan membentuk toksin. Tetanus yang khas terjadi pada usia anak adalah tetanus neonatorum. Tetanus neonatorum dapat menimbulkan kematian karena terjadi kejang, sionosis dan henti napas. Gejala awal dengan mult mecucu dan bayi tidak mau menyusu. Kekebalan pada penyakit ini hanya diperoleh dengan imunisasi atau vaksin lengkap. Imunisasi ang diberikan tidak hanya DPT pada anakn tetapi juga TT pada calon pengantin (TT caten), TT pada ibu hamil yang diberikan saat antenatal care (ANC), dan DT pada saat anak sekolah dasar kelas I dan VI.

5. Poliomielitis

Penyebab infeksi ini adalh virus polio tipe 1, 2 dan 3, yang menyerang myelin atau serabut otot. Gejala awal tidak jelas, dapat timbul gejala ringan dan infeksi pernafasan atas (ISPA), kemudian timbul gejala paralis yang bersifat flaksid yang mengenai sekelompok serabut otot sehingga timbul kelumpuhan. Kelumpuhan dapat terjadi pada anggota badan, saluran napas dan otot menelan. Penularan penyakit ini adalah melalui droplet atau fekal, dan reservoirnya adalah manusia yang menderita polio. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan imunisasi dengan menggunakan vaksinasi polio, bahkan dapat eradikasi dengan cakupan polio 100%.

6. Campak

Penyakit infeksi ini adalah virus morbilli yang menular melalui droplet. Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian telinga, dahi dan menjalar kewajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivitis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh , kulit akan tampak seperti bersisik. Imunisasi diberikan pada anak usi 9 bulan dengan rasional kekebalan dari ibu terhadap penyakit campak berangsur akan hilang sampai usia 9 bulan.

7. Hepatitis B

Penyakai infeksi ini disebabkan oleh virus hepatitis tipe B menyerang kelompok resiko secara vertical yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan secara horizontal tenaga medis dan paramedic, pecandu narkotika pasien hemodialisis, pekerja laboratorium, pemakai jasa atau petugas akupuntur.. Gejala yang dapat muncul tidak khas, seperti anoreksia, mual dan kadang-kadang ikterik. Sejak tahu 1992 vaksin hepatitis B menjadi bagian dari program di Indonesia walaupun belum merata di semua propinsi dapat menjalankannya karena harga vaksin yang cukup mahal sehingga dilakukan secara bertahap. Imunisasi hepatitis B diberikan pada bayi 0-11 bulan dengan maksud untuk memutus rantai penularan dari ibu ke bayi.


ayo klik DOWNLOAD makalah imunisasi ini sampai kesimpulan dan daftar pustaka

No comments:

Post a Comment

Jangan lupa komentar wahai pengunjung yang budiman.....
Dengan berkomentar, Admin bisa mengerti apa yang anda sarankan dan apa yang kurang dari blog ini. Thanks