Jika blog ini bermanfaat bagi anda, bantu klik iklan di blog ini agar bermanfaat bagi saya...

Jangan lupa baca ni...

12 October 2010

Enumerasi bakteri

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Di dalam bidang ilmu mikrobiologi ada suatu hal mendasar yang juga perlu diperhatikan yaitu analisia kualitatif terhadap suatu bahan. Suatu analisis ini Sangat penting untuk mengetahui jumlah mikroorganisme yang ada pada suatu sampel tertentu mengandung banyak mikroorganisme atau sebaliknya (Ferdiaz, 1992).
Analisis kualitatif atau biasa disebut dengan enumerasi mikroorganisme dalam hal ini dapat dilakukan baik dengan perhitungan langsung terhadap suatu sampel yaitu salah satunya dengan alat bantu mikroskop, maupun dengan cara tidak langsung yaitu dengan beberapa metode perhitungan (Gobel, 2008).

Dalam percobaan ini akan dibahas secara lebih lanjut mengenai bagaimana cara perhitungan jumlah sel yang ada di dalam suatu medium yang mana umumnya digunakan untuk uji mikrobiologi bahan pangan yaitu metode hitung cawan (Total Plate Counts ) dan metode hitung MPN (Most Probable Number). Sedangkan untuk metode perhitungan secara langsung dapat kita terapkan pada sampel pengujian salinitaasi lingkungan sehingga dengan demikian diharapkan kita akan lebih memahami tentang bagaimana prosedur perhitungan yang baik.

I.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :

1. Untuk mengetahui perhitungan mikroorganisme dengan metode Standar Plate Count (SPC) pada medium Nutrien Agar (NA).

2. Untuk mengetahui perhitungan mikroorganisme dengan metode Most Probable Number (MPN) pada medium Laktosa Broth (LB).

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 01 April 2009, pukul 14.00- 17.30 WITA dan bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Istilah pertumbuhan umumnya dipergunakan bakteri dan mikroorganisme yang lainnya dan biasanya lebih mengacu pada perubahan di dalam hasil panen sel dan bukanlah dilihat. Dari pertambahan jumlah individu mikroorganisme tersebut. Suatu proses pertumbuhan menyatakan pertambahan jumlah atau massa yang melebihi dari yang ada di dalam inokulum asalnya (Volk, 1985).

Sebelum kita dapat mengevaluasi atau menafsirkan respon pertumbuhan bakteri dalam berbagai media atau pada kondisi yang berbeda- beda kita harus menyatakan pertumbuhan secara kualitatif. Di dalam bidang ilmu mikrobiologi, istilah pertumbuhan ini ditafsirkan dalam berbagai cara. Sebagai contoh mungkin dalm suatu perangkat tertentu dari kondisi pembiakan di nilai sama sebaiknya karena bakteri melakukan pertumbuhan yang relatif cepat pada stadium awal, tetapi panen sel total akhirnya belum tentu sebanyak yang di dspat pada perangkat yang lainnya (Pelczar, 1986).

Tersedia banyak teknik di dalam laboratorium untuk mengukur pertumbuhan bakteri tersebut. Alat- alat yang ada tersebut berkisar dari peralatan yang masih sederhana seperti sebuah kaca objek dengan olesan yang diwarnai. Selain itu terdapat pula metode- metode yang lain dalam pengukuran pertumbuhan bakteri, misalnya dengan metode hitung cawan, pengukuran kekeruhan dari suatu suspensi, pengukuran dengan menggunakan membran atau filter molekuler dan penentuan berat (Volk, 1985).
Suatu bakteri dapat dihitung secara elektronik yaitu dengan cara memasukkan biakan melalui lubang yang sangat kecil pada alat penghitung partikel counter. Alat penghitung yang semacam ini dapat dipakai secara rutin memecah sel darah, namun dapat pula disesuaikan untuk memecah bakteri (Volk, 1985). Akan tetapi, bukanlah laju pertumbuhan bakteri yang tepat melainkan ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri yang akan menjadi perhatian. Adapun cara yang dilakukan untuk menentukannya, yaitu hanyalah dengan melihat biakan. Suatu medium cair akan berubah menjadi keruh sedangkan medium yang padat paada umumnya akan memperlihatkan pertumbuhan, baik itu pada permukaan dari medium maupun di dalam medium tersebut (Hadioetomo, 1996).

Penetapan jumlah bakteri di dalam suatu populasi bakteri mungkin saja akan mengalami hambatan. Hal ini karena tidak semua sel yang ada di dalam suatu biakan itu mampu untuk hidup secara trus- menerus. Jadi dalam perhitungan ini maka yang dianggap sebagai sel hidup adalah sel yang membentuk koloni di dalam medium biakan atau dapat juga digunakan bakteri yang mampu membentuk suspensi di dalam medium biakan. Sel- sel yang mampu hidup terus adalah yang dihitung dengan berbagai metode untuk menetapkan jumlah selnya. Pada jumlah total sel, maka ikut dihitung semua sel yang tampak atau yang dapat dihitung dengan cara yang lainnya, sehingga dengan demikian sel-sel mati dan cacat akan ikut terhitung (Indra, 2008).

Untuk menentukan jumlah bakteri yang ada di dalam suatu medium maka dapat digunakan beberapa cara sebagai berikut (Lay, 1994):

• Jumlah bakteri secara keseluruhan (total cell counts). Pada cara ini di hitung semua bakteri yang ada di dalam suatu medium biakan baik yang hidup maupun yang mati.

• Jumlah bakteri8 yang hidup (Viable count). Cara ini hanya menggambarkan jumlah sel yang hidup saja, sehingga lebih tepat jika dibandingkan dengan cara yang pertama tadi.

Koloni yang tumbuh di dalam suatu medium itu tidaklah selalu berasal dari satu sel mikroorganisme, karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung untuk berkelompok atau berabtai. Bila ditumbuhkan pada suatu medium dengan lingkungan yang sesuai, maka kelompok bakteri ini hanya akan menghasilkan satu koloni saja. Berdasarkan hal tersebut sering kali digunakan istilah Colony Forming Units (CFU) yang digunakan untuk perhitungan jumlah mikroorganisme hidup (Dwidjoseputro, 1996).

Dalam perhitungan jumlah mikroorganisme ini seringkali digunakan pengenceran. Di dalam laboratorium, pengenceran di lakukan dengan botol pengenceran seperti lazimnya pada SPC, namun dapat pula menggunakan tabung reaksi. Pada pengenceran dengan menggunakan botol cairan terlebih dahulu dikocok dengan baik sehingga kelompok sel dapat terpisah. Pengenceran sel dapat membantu untuk memperoleh perhitungan jumlah mikroorganisme yang benar. Namun pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempengan agar dengan jumlah koloni yang umumnya relatif rendah (Hadioetomo, !996).

Pada metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang mana ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri. Sampel yang telah di encerkan ini di hitung ke dalam cawan baru kemudian di tuang ke mediumnya (metode tuang). Kemudian setelah diinkubasi selama 24- 48 jam, amati koloni yang tumbuh dan koloni yanng diamati hanyalah koloni yang berjumlah 30- 300 koloni (Gobel, 2008).

Adapun prinsip dari metode hitung cawan ini adalah jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada suatu medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat di lihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan alat bantu seperti mikroskop dan sebagainya. Metode hittung cawan ini merupakan cara yang paling sensitif untuk menentukan jumlah jassad renik karena beberapa hal yaitu (Ferdiaz, 1992):

• Hanya sel yang masih hidup yang dihitung

• Beberapa jenis jasad renik dapat dihitung sekaligus

• Dapat digunakan untuk mengisolasi dan identifikasi jasad renik karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari suatu jassad renik yang mempunyai penampakan yang spesifik.

Untuk metode MPN (Most probable number) digunakan medium cair dalam wadah berupa tabung reaksi, perhitungan di lakukan bwerdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu tabung yang mengalami perubahan pada mediumnya baik itu berupa perubahan warna atau terbentuknya gelembung gas pada dasar tabung durham. Pada metode perhitungan MPN ini digunakan bentuk tiga seri pengenceran, yang pertama 10 ¹, 10 ², dan 10 ³. Kemudian dari hasil perubahan tersebut dicari nilai MPNnya pada tabel nilai MPN, dan untuk jumlah bakterinya maka digunakan rumus (Gobel, 2008):
Bakteri = nilai MPN x 1/pengenceran tengah

Selain dengan cara tidak langsung seperti yang telah dijelaskan di atas, perhitungan jumlah mikroorganisme di dalm suatu medium dapat juga dilakukan secara langsung, dimana dengan metode ini jumlah mikroorganisme tersebut dapat ditentukan langsung dengan menggunakn alat bantu berupa mikroskop, Colony counter dan hemasitometer. Adapun keuntungan penggunaan hemasitometer adalah penggunaannya yang tidak memakan waktu banyak dan juga biaya. Sedangkan kelemahan dari penggunaan hemasitometer adalah tidak dapat membedakan antara sel hidup dan sel mati, kesulitan dalam perhitungan bakteri yang berukuran kecil karena tidak dapat dibantu dengan minyak imersi, hanya dapat dibantu dengan tween 80%(bahan anti gumpal (Gobel, 2008).

File lengkapnya dapat di DOWNLOAD disini...

1 comment:

Jangan lupa komentar wahai pengunjung yang budiman.....
Dengan berkomentar, Admin bisa mengerti apa yang anda sarankan dan apa yang kurang dari blog ini. Thanks