Jika blog ini bermanfaat bagi anda, bantu klik iklan di blog ini agar bermanfaat bagi saya...

Jangan lupa baca ni...

31 January 2010

Ngeblog yukz...

Apa sich itu blog?????
Ea, itu pasti yang ada di pikiran teman-teman. Nah menurut Wikipedia blog merupakan singkatan dari "web log" yang berarti bentuk aplikasi web yang menyerupai tulisan-tulisan (yang dimuat sebagai posting) pada sebuah halaman web umum. Tulisan-tulisan ini seringkali dimuat dalam urut terbalik (isi terbaru dahulu baru kemudian diikuti isi yang lebih lama), meskipun tidak selamanya demikian. Situs web seperti ini biasanya dapat diakses oleh semua pengguna internet sesuai dengan topik dan tujuan dari si pengguna blog tersebut.

Nah ntu pengertian dari Wikipedia yang menurutku bahasanya rada sulit dimengeri (maklum Bhs.Indonesia dpt C). Gampangannya dah kalo menurutq sich blog adalah ungkapan, uneg-uneg, tulisan-tulisan yang di post melalui internet(gak perlu pke kartu post) dan nantinya akan di baca oleh surfer lain dari dunia luna"Maya" yang tentunya harus tau alamat blogmu.

Banyak keuntungan yang diperoleh dari blog diantaranya sebagai berikut:
- Bisa menambah wawasan tentang Blog.
- Jadi keliatan tambah pinter.
- Download gratis
- Menambah jaringan lebih luas
- Bisa kenal dengan orang-orang diluar daerah
- Ada yang naek Haji dari buat blog.
- Banyak lagi dech pokoknya...

Ada keuntungan, ada pula kerugian ia g???
Kerugiannya:
- Menyebabkan ketagiahan.
- Jarang mandi, laptop/compi melulu kerjaanya
- Keungan menipis buat bayar sewa internet ama bayar tagiahan modem.
- Banyak lagi dech.

Tapi dari semua itu pasti ada kaedah dan manfaatnya bagi kita. Gak nyesel dech bikin blog....

Mau coba bikin blog???
Gampang owk, daftar gratis, palingan cma 5 menit dah jadi...

Klik disini dah..

28 January 2010

Suspensi

SUSPENSI

Suspensi adalah Sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair atau sediaan yang mengandung bahan obat bentuk halus, tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
Dalam suspense, bentuk padat dan cair akan membentuk antar muka. Antar muka antara cairan dan udara juga ada. Antar muka adalah batas antara 2 fase yang memiliki sifat yang berbeda apabila berada bersama-sama. Suspense yang digunakan untuk bagian luar, dimana bahan pendispersinya didominasi oleh air, misalnya salep (gel suspense), supositoria (supositoria suspense), obat injeksi dan obat mata dengan bahan obat tersuspensi (didalam air dan minyak), suspense sebagai pengisi kapsul.
Suspense kering merupakan bentuk yang khusus, suspense kering yaitu preparat berbentuk serbuk kering yang baru diubah menjadi suspense dengan penambahan air sesaat sebelum digunakan. Cara ini digunakan untuk obat yang mempunyai daya tahan yang tidak memadai di dalam air dan juga pembentukan sedimen yang sulit dikocok.
Analog dengan emulsi pada suspense juga dapat dibedakan bahan terdispersi dan pendispersi, dimana pada suspense fase terdispersi terdiri dari bahan padat yang praktis tidak larut didalam fase cair. Bahan terlarut parsial didalam bahan pendispersi kurang cocok dibuat suspense, karena dapat terjadi kasarnya partikel fase terdispersi yang disebabkan oleh pertumbuhan Kristal. Oleh karena itu diusahakan untuk menggunakan senyawa yang sukar larut dalam air misalnya melalui pembentukan turunannya (benzatin-penisilin dengan kelarutan dalam air 0,02%), bahan obat larut air (tidak larut dalam minyak) hanya dapat diracik menjadi suspense dengan bahan pelarut lipoid.
Suspense untuk keperluan luar yang terpenting adalah lotion seng oksida, talk dan campuran gliserol-air. Pada pembuatan lotion seng oksida, air yang ditambahkan sebaiknya dalam keadaan panas, agar diperoleh suspense yang sangat halus dan kental.Suspense apabila dikocok selama 60 detik maka akan tetap homogen selama 5 menit.


BAHAN-BAHAN TAMBAHAN
1.Senyawa amfifil(pada bahan suspense hidrofil khususnya tween)
2.Peptisator (sejumlah garam laut air seperti kalium tartrat, natrium oksalat, kalsium sitrat, natrium pirofosfat serta alkali karbonat, galat dan elektrolit lemah lainnya).
3.Bahan penambah viskositas (bahan lendir makromolekuler, seperti tragakan, pectin, metilselulosa, hidroksietilselulosa, natriumkarboksimetilselulosa, turunan pati terhidroksialkilasi, natrium alginate, polimerisat dari asam akrilat (carbopol) dekstan, polietilenglikol atau dalam skala yang lebih kecil, alcohol bervalensi banyak, contoh : gliserol dan sorbitol)
4.Penguat struktur minyak pada suspense minyak (alumuniummonostearat).
5.Bahan pengawet (asam benzoate, asam propionate).

TEKNOLOGI PEMBUATAN
Pembuatan sediaan obat suspense dibedakan menjadi 4 fase yakni,
1.Pendistribusian atau penghalusan fase terdispersi.
2.Pencampuran dan pendispersian fase terdispersi di dalam bahan pendispersi.
3.
4.

Setelah penghalusan sampai ukuran partikel yang dikehendaki, bahan mula-mula digerus homogen dengan sejumlah kecil bahan pendispersi, .......................................

PEMBUATAN SUSPENSI
Contoh pembuatan suspense :
Dalam pembuatan suatu suspense, harus mengetahui dengan baik karateristik fase terdispersi dan medium pendispersi.
Contoh formula suspense oral :
Al hidroksi gel kompresi 362,8 g
Larutan sorbitol 282,0 ml
Sirup 93.0 ml
Gliserin 25,0 ml
Metilparaben 0,9 g
Propilparaben 0,3 g
Flavor secukupnya
Air murni sampai 1000 ml





Cara pembuatan :

.......................................................................

Alasan obat dibuat suspense :
1.Obat-obat tertentu tidak stabil dalam bentuk larutan, tetapi stabil dalam bentuk suspensi.
2.Bentuk cair lebih disukai dari pada bentuk padat karena lebih mudah ditelan.
3.Penyesuaian dosis untuk anak-anak lebih mudah.
4.Rasa obat yang tidak enak kurang berasa bila dibanding bentuk larutan.

Sifat-sifat yang diinginkan dalam suspense :
1.Mengendap secara lambat dan harus rata lagi bila dikocok.
2.Ukuran partikel suspense tetap, konstan dalam penyimpanan.
3.Harus dapat dituang dari wadah dengan cepat dan homogen.

STABILISASI
Jika pada suspense, dimana proses sedimentasi tidak dapat dicegah, maka dipilih suatu bahan pendispersi dengan sifat rheologis tertentu, yang tidak memungkinkan turunnya setiap partikel terdispersi. Artinya, diupayakan agar proses sedimentasi ataupun proses lain yang dapat mempengaruhi homogenitas sediaan, seperti aglomerasi, flotasi, dan flukolasi dapat dihambat. Hal itu dapat diatasi dengan penambahan stabilisator, yang mempertinggi viskositas sediaan. Akan tetapi daya alir suspense (terutama pada suspense per oral) tetap dipertahankan.
...........................................................

DAYA KOCOK SEDIMEN
Pada umumnya suspense farmasetika mengijinkan terjadinya pembentukan sedimen (kecuali suspense per oral dengan kerja obat yang kuat). .....................................
....................................................

ADSORPSI PADA ANTAR MUKA PADAT-CAIR
Adsorpsi dari suatu zat terlarut dengan suatu permukaan padat dapat terjadi selama penyiapan bentuk sediaan suspense.................................

PENGUJIAN

1.Analisa sedimentasi
Untuk mengkarakterisasikan suspense digunakan analisa sedimentasi, dimana kelas ukuran partikel.....................................

2.Pengujian ukuran partikel, dispersitas
Penentuan partikel body padat tersuspensi dilakukan ...
............................................

Ayo DOWNLOAD artikel ini,.... jangan lupa komentar ya agar semangat mau posting lagi...

27 January 2010

Makalah supositoria

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Suppositoria adalah sediaan padat berbentuk torpedo yang digunakan melalui anus dan dapat larut pada suhu tubuh. Bahan dasar untuk pembuatan suppositoria adalah lemak cokelat, P.E.G., serta gelatin. Macam basis supositoria yaitu basis yang berupa lemak, basis yang larut dalam air, dan basis yang dapat membentuk emulsi. Penggunaan suppositoria biasanya digunakan pada penderita wasir (ambeien) maupun pada penderita dalam kondisi tidak sadar (non-kooperatif) yang membutuhkan pertolongan segera.

2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui tentang pengertian suppositoria, jenis suppositoria, waktu dan cara pakai suppositoria, cara pembuatan suppositoria, serta macam basis yang digunakan dalam pembuatan suppositoria.

BAB II
ISI

1. Pengertian
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan melalui rektal, vagina, maupun uretra, berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut, atau meleleh pada suhu tubuh, dan efek yang ditimbulkan adalah efek sistemik atau lokal. Bahan dasar yang digunakan harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Semakin pendek waktu melarut/mencair semakin baik karena efektivitas obat semakin baik.

Bobot suppositoria kalau tidak dinyatakan lain adalah 3 g untuk orang dewasa dan 2 g untuk anak kecil. Umumnya memiliki panjang 32 mm, berbentuk silinder, dan kedua ujungnya tajam. Sedangkan untuk bayi dan anak-anak ukurannya ½ dari ukuran dan berat untuk orang dewasa. Penyimpanan suppositoria dalam wadah tertutup baik dan di tempat yang sejuk pada suhu 5-15 °C agar suppositoria tidak menjadi lembek dan tidak bisa digunakan.

Keuntungan sediaan obat dalam bentuk suppositoria antara lain :
·
· Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan
·
·
· Menghindari biotransformasi hati / sirkulasi portal
·
Kerugian sediaan obat dalam bentuk suppositoria :
· Cara pakai tidak menyenangkan
·
· Tidak dapat disimpan dalam suhu ruangan
·

2. Jenis Suppositoria
· Suppositoria rektal / analia
Untuk dewasa kalau tidak dinyatakan lain beratnya adalah 3 g; bentuk lonjong pada salah satu atau kedua ujungnya, sedangkan untuk anak-anak kalau tidak dinyatakan lain beratnya adalah 2 g.
· Suppositoria vaginal / ovula
Berbentuk bulat atau bulat telur, umumnya memiliki berat 5-15 g, sering disebut tablet vaginal.
· Suppositoria urethal
Ukuran untuk pria adalah panjang 125-140 mm, diameter 3-6 mm, massa 4 g. Sedangkan untuk wanita panjangnya 50-70 mm dan massanya 2 g (setengah ukuran laki-laki).
Jika diamati kondisi distribusi bahan obat di dalam sistem, suppositoria dapat diklasifikasikan sebagai suppositoria emulsi, suppositoria larutan, dan suppositoria emulsi.

a. Suppositoria Suspensi
Bentuk ini memiliki kelarutan bahan obat yang rendah di dalam basis sehingga bahan obat berada dalam bentuk tersuspensi (suspensi beku). Untuk menghindari hal itu dapat dilakukan hal-hal seperti berikut :
· Pengadukan yang intensif, agar distribusi obat tersebar secara merata di seluruh masa suppositoria sehingga memiliki ketepatan dosis yang tinggi.
· Mempertahankan viskositas bahan obat setinggi mungkin dengan cara menuang masa suppositoria pada suhu tertentu, sedikit lebih tinggi daripada suhu titik bekunya.
· Masa harus cepat membeku di dalam cetakan agar tidak terjadi proses sedimentasi, yaitu distribusi bahan obat tidak meratadan akan terakumulasi di ujung suppositoria.

b. Suppositoria Larutan
....................................................

c. Suppositoria Emulsi
Basis suppositoria lipofil mempunyai kemampuan untuk mengikat sejumlah kecil cairan tanpa penambahan emulgator. Namun kebanyakan basis yang digunakan saat ini mengandung tambahan emulgator, maka pada saat meracik cairan (misalnya ekstrak sari tumbuhan dalam bentuk cair pada suppositoria wasir) akan terbentuk emulsi sejati (emulsi beku). Basis pengemulsi mempunyai berbagai keuntungan dalam teknologi pembuatan dan biofarmasi. Sedangkan kerugiannya adalah pengerasan akibat penguapan airnya, mudah mengering, mudah tercemari mikroba, mempengaruhi stabilitas bahan obat dan masa lemak, serta dapat mengurangi resorpsi bahan obat.

3. Waktu dan Cara Pakai Suppositoria
Waktu pemakaian suppositoria adalah :
....................................


4. Pembuatan Suppositoria

5. Teknologi Pembuatan


1. Cara Penuangan


b. Cara Pencetakan


DAFTAR PUSTAKA



Ayo klik DOWNLOAD untuk mendapatkan makalah lebih lengkapnya,....

26 January 2010

DNA replikasi,translasi,dan transkripsi

DNA membawa informasi genetik dan bagian DNA yang membawa ciri khas yang diturunkan disebut gen. Perubahan yang terjadi pada gen akan menyebabkan terjadinya perubahan pada produk gen tersebut. Gen sering juga diartikan sebagai ruas DNA yang menghasilkan produk gen yang berupa enzim yang dikenal dengan teori satu gen satu enzim. Karena enzim dapat merupakan kombinasi polipeptida..maka teori tersebut diubah menjadi satu gen satu polipeptida.

Konsep dasar menurunnya sifat secara molekuler adalah merupakan aliran informasi dari DNA ke RNA ke urutan asam amino. Konsep dasar ini disebut sebagai dogma genetik. Pada dogma genetik juga tercermin cara mempertahankan ciri khas supaya tetap sama melalui proses replikasi. Dogma genetik ini bersifat universal yang berlaku baik bagi prokariot maupun eukariot.

Replikasi DNA

Sebelum sel membelah, DNA harus direplikasi dalam fase S dari siklus sel. Proses replikasi melibatkan enzim polymerase. Proses ini melibatkan pembukaan utas ganda DNA, sehingga memungkinkan terjadinya perpasangan basa untuk membentuk utas baru. Pembentukan utas komplementer terjadi melalui perpasangan basa antara A dengan T dan G dengan C. Dalam replikasi DNA, setiap utas DNA lama berperan sebagai cetakan untuk membentuk DNA baru.

Model DNA Watson dan Crick menyatakan bahwa saat double heliks bereplikasi, masing-masing dari kedua molekul anak akan mempunyai satu untai lama yang erasal dari satu molekul induk dan satu untai yang baru. Model replikasi ini disebut model semikonservatif. Model lainnya adalah model konservatif dimana molekul induk tetap dan molekul baru disintesis sejak awal. Model ketiga disebut model dispersif yaitu bahwa keempat untai DNA, setelah replikasi double heliks, mempunyai campuran anatara DNA baru dan DNA lama.

Pengujian yang dilakukan oleh ...........................................................................

.............................................................................................

............................................................................................



Replikasi DNA pada cetakan 3′ - 5′ terjadi seutas demi seutas dengan arah 5′ - 3′ yang berarti replikasi berjalan meninggalkan replication fork. Utas-utas pendek tersebut kemudian dihubungkan oleh enzim ligase DNA. Dalam replikasi DNA terdapat utas DNA yang disintesis secara kontinu yang terjadi pada cetakan 5′ - 3′. Utas DNA yang disintesis secara kontinu ini disebut utas utama atau leading strand. Sedangkan utas DNA baru yang disintesis pendek-pendek seutas-demi seutas disebut utas lambat atau lagging strand. Utas-utas pendek atau fragmen-fragmen pendek yang terbentuk disebut fragmen Okazaki.

Sintesis pada leading strand memerlukan molekul primer pada permulaan replikasi Setelah replication fork terbentuk, polymerase akan bekerja secara kontinu sampai utas DNA baru selesai direplikasi. Pada sintesis lagging strand, diperlukan enzim lain primase DNA. Setelah utas DNA terbuka untuk melakukan replikasi, dan setelah terbuka pada lagging strand, utas harus dijaga agar tetap terbuka. Jadi dalam proses replikasi DNA melibatkan beberapa protein baik berupa enzim maupun non-enzim yaitu :

1.

2.

3.


4. Helikase DNA : enzim yang berfungsi membuka jalinan DNA double heliks

5. Single strand DNA-binding protein : mestabilkan DNA induk yang terbuka

Transkripsi

Transkripsi DNA merupakan proses pembentukan RNA dari DNA sebagai cetakan. Proses transkripsi menghasilkan mRNA, rRNA dan tRNA. Pembentukan RNA dilakukan oleh enzim RNA polymerase. Proses transkripsi terdiri dari 3 tahap yaitu :



  1. Terminasi : terjadi pada tempat tertentu. Proses terminasi transkripsi ditandai dengan terdisosiasinya enzim RNA polymerase dari DNA dan RNA dilepaskan.

mRNA pada eukariota mengalami modifikasi sebelum ditranslasi, sedangkan pada prokariota misalnya pada bakteri, mRNA merupakan transkripsi akhir gen. mRNA yang baru ditranskrip ujung 5′nya adalah pppNpN, dimana N adalah komponen basa-gula nukleotida, p adalah fosfat. mRNA yang masak memiliki struktur 7mGpppNpN, dimana 7mG adalah nukleotida yang membawa 7 metil guanine yang ditambahkan setelah transkripsi. Pada ujung 3′ terdapat pNpNpA(pA)npA. Ekor poli A ini ditambahkan berkat bantuan polymerase poli (A). tetapi mRNA yang menyandikan histon, tidak memiliki poli A.

Hasil transkripsi merupakan hasil yang memiliki intron (segmen DNA yang tidak menyandikan informasi biologi) dan harus dihilangkan, serta memiliki ekson yaitu ruas yang membawa informasi biologis. Intron dihilangkan melalui proses yang disebut splicing. Proses splicing terjadi di nukleus.

Splicing dimulai dengan terjadinya pemutusan pada ujung 5′, selanjutnya ujung 5′ yang bebas menempelkan diri pada suatu tempat pada intron dan membentuk struktur seperti laso yang terjadi karena ikatan 5′-2′fosfodiester. Selanjutnya tempat pemotongan pada ujung 3 terputus sehingga dua buah ekson menjadi bersatu.

tRNA adalah molekul adaptor yang membaca urutan nukleotida pada mRNA dan mengubahnya menjadi asam amino. Struktur molekul tRNA adalah seperti daun semanggi yang terdiri dari 5 komponen yaitu

  1. Lengan aseptor: merupakan tempat menempelnya asam amino,
  2. Lengan D atau DHU: terdapat dihidrourasil pirimidin,
  3. Lengan antikodon: memiliki antikodon yang basanya komplementer dengan basa pada mRNA
  4. Lengan tambahan
  5. Lengan TUU: mengandung T, U dan C

Translasi

Pada prokariota yang terdiri dari satu ruang, proses transkripsi dan translasi terjadi bersama-sama. Translasi merupakan proses penerjemahan kodon-kodon pada mRNA menjadi polipeptida. Dalam proses translasi, kode genetic merupakan aturan yang penting. Dalam kode genetic, urutan nukleotida mRNA dibawa dalam gugus tiga - tiga. Setiap gugus tiga disebut kodon. Dalam translasi, kodon dikenali oleh lengan antikodon yang terdapat pada tRNA.

Mekanisme translasi adalah:





Ayo jangan asal copy mending DOWNLOAD aja,... filenya lebih lengkapp....

25 January 2010

Sejarah Farmasi

SEJARAH FARMASI DUNIA

Latar belakang farmasi : fakor penyakit pada manusia dan naluri untuk hidup yang akhirnya menghasilkan penemuan,seperti penggunaan obat sederhana,misal :
1.merendam dalam air dingin
2.menempelkan daun segar
3.menutup luka dengan lumpur

Orang-orang primitif belajar dari pengalaman – memperoleh cara penyembuhan/pengobatan yang lebih efektif yang digunakan untuk memulai pekerjaan terapi obat.
Hal ini dimulai dengan adanya :
Adanya anggapan roh jahat yang masuk ke dalam tubuh lalu menimbulkan penyakit dilakukan dengan cara : menggunakan mantera,bunyi-bunyian,pemberian ramuan tumbuh-tumbuhan;dilakukan oleh orang yang dianggap bijak dari suatu suku ; ilmu perapotekan dimulai
Pelaku/penyembuh juga dianggap mempunyai hubungan dengan makhluk halus dan sebagai perantara yang terlihat dan yang ghaib.
Obat-obatan ada,tidak saja berdasarkan alamiahnya,tetapi berhubungan dengan :
-kehadiran pada upacara pengobatan
-tidak adanya roh jahat
-kesungguhan keinginan untuk mengobati dari pemberi obat
agar obat bekerja lebih efektif,karena cara pengobatan di suatu suku merupakan hal yang ditakuti,dihormati,dipuja dan dimuliakan karena cara tersebut dibuat secara spiritual dan tergantung pada kegagalan/kesembuhan yang terjadi.
Terdapat dalam “Homeric Epic” (Pharmacoen dulu) – guna dari obat yang dipakai untuk maksud jahat dan baik.

Kegagalan biasanya disebabkan karena :
1.obat tidak kuat
2.obat tidak sesuai
3.dosis terlalu rendah
4.dosis terlalu tinggi

Keberhasilan disebabkan oleh :
1.obat yang sesuai berdasarkan pengalaman
2.terapi yang benar berdasarkan pengalaman
3.efek yang tidak ada akibatnya dari suatu terapi untuk penyakit yang tidak fatal
4.efek plasebo ( dipengaruhi psikologis)

Akibatnya ilmu perapotekan menjadi satu fungsi dengan pendeta (tokoh spiritual) – penyembuh lahir batin
Obat-obatan zaman dulu 3000 SM ditemukan oleh ahli arkeologi sudah ada tablet kuno (tablet Sumerian yang dibuat dari biji carpenter plantn,qum resin dari thymi
Kemudian ditemukan tulisan pada daun “Papyrus Ebers” dengan ukuran panjang 60 kaki,lebar 1 kaki,dari abad 16 SM – berisi formula obat (>800 formula) dan 700 obat-obatan yang berasal dari tumbuhan yang berbeda.

Obat-obat dari tumbuhan yang masih digunakan misalnya : akasia,biji jarak,anisi,dll.
Bahan pembawa yang masih dipakai:susu,anggur,madu.
Bentuk sediaan yang ada: suppositoria,pil,lotion,salep mata,dll.


SEJARAH FARMASI INDONESIA

FARMASI adalah : suatu profesi dibidang kesehatan yang meliputi kegiatan-kegiatan di bidang penemuan,pengembangan,produksi,pengolahan,peracikan, penyerahan dan distribusi obat.
Profesi ini timbul atas dasar perikemanusiaan sehingga mendapat tempat terhormat di masyarakat – dukun (pengalaman sendiri dan pengetahuan)
Cara dukun memperoleh obat untuk penyakit tertentu antara lain berdasarkan bentuk dan warna,misal :
-temulawak untuk penyakit kuning
-kayu secang untuk berak darah
-akar pule pandak untuk menghilangkan bisa ular

Dengan adanya pengaruh kebudayaan Barat maka :
-masyarakat Indonesia mulai mengenal obat modern
-timbulnya perubahan yang mengajarkan ilmu farmasi dan ilmu yang berhubungan dengan farmasi – isolasi obat dan sintesa obat
Dalam bidang asli obat Indonesia :
-dulu : obat asli dijual dalam bentuk bahan-bahan, obat yang siap minum dijual dari rumah ke rumah
-selanjutnya : dijual dalam bentuk racikan dalam keadaan terbungkus disertai keterangan tentang khasiat,cara penyajian dan takaran pemakaian.Juga dijual dalam bentuk : tablet,kapsul dan cairan yang di awetkan.

TOKOH-TOKOH APOTEKER ZAMAN DAHULU


1.HIPOCRATES (460 – 370 SM)
-mengenalkan farmasi dan kedokteran secara ilmiah
-menerapkan obat secara rasional
-Bapak ilmu kedokteran
-Penyusun sistematika pengetahuan kedokteran
-Sumpah Hipocrates yang merupakan tata cara dan perilaku untuk profesi penyembuhan – sistematika pengetahuan kedokteran dan etikanya.

2.DIOSCORIDES (abad 1 masehi)
-dokter Yunani dab ahli botani
-menggunakan ilmu tumbuhan sebagai ilmu terpadu
-hasil karyanya : “De Materia Medika”
-dianggap sebagai awal pengembangan botani farmasi dan dalam penyelidikan bahan obat yang diperoleh secara alami.

3.GALEN (130 – 200 M)
-dokter ahli farmasi Yunani
-memulai pembuatan obat-obatan dari tumbuhan dengan mencampur atau meleburkan masing-masing bahan – bidang penyediaan farmasi
-dikaitkan dengan farmasi galenik
-Formulanya : galen’s cerats (krim pendingin)

Farmasi tetap merupakan suatu fungsi dari kedokteran,sampai :
-meningkatnya jenis obat-obatan
-cara pembuatan yang semakin rumit
Kemudian tahun 1240 M,atas perintah raja Jerman “Frederick Il” – diperlukan ahli farmasi dan farmasi pisah dari kedokteran.
Isi dari dekrit tersebut adalah : “dibaginya dua profesi dan mengakui bahwa farmasi membutuhkan ilmu,keterampilan,inisiatif dan tanggung jawab yang khusus” – agar terjamin keamanan dan khasiat obat untuk manusia.
Perkembangan farmasi berikutnya dipengaruhi oleh perkembangan kimia.




Ayo klik DOWNLOAD untuk file lengkapnya.... ada 7 tokoh lagi dan penjelasannya jika anda mendownload........

Penyakit kusta

BAB I
PENDAHULUAN

Kusta merupakan penyakit tertua yang sampai sekarang masih ada. Kusta berasal dari bahasa India kustha, dikenal sejak 1400 tahun sebelum masehi.Kusta merupakan penyakit yang sangat ditakuti oleh masyarakat karena dapat menyebabkan ulserasi, mutilasi dan deformitas. Penderita kusta tidak hanya menderita akibat penyakitnya saja tetapi juga karena dikucilkan masyarakat sekitarnya. Oleh sebab itu, penulis akan membahas penyakit kusta lebih mendalam dalam makalah ini.
Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah Mycobacterium Leprae yang bersifat intrasellular obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat.
Jumlah kusta diseluruh dunia selama 12 tahun terakhir ini telah menurun 85 % di sebagian besar negara atau wilayah endemis. Kasus yang terdaftar pada tahun 1997 kurang lebih 890.000 penderita.Walaupun penyakit ini masih problem kesehatan masyarakat di 55 negara atau wilayah, 91 % dari jumalah kasus berada di 16 negara, dan 82 %nya di lima negara yaitu Brazil, India, Indonesia, Myanmar, dan Nigeria. Di indonesia, jumlah kasus kusta yang tercatat pada akhir Maret 1997 adalah 31.699 orang, distribusi juga tidak merata, yang tertinggi antara lain di Jawa Timur, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Prevalensi di Indonesia per 10.000 penduduk adalah 1,57.



BAB II
PEMBAHASAN

Mycobacterium Leprae
Mycobacterium Leprae merupakan bakteri tahan asam penyebab penyakit kusta atau sering juga disebut dengan lepra. Armauer Hansen (1837) adalah orang pertama yang menemukan kuman penyebab kusta.
Sifat Mycobacterium lepra adalah berbentuk batang dengan panjang 1 – 8 µ dan lebar 0,2 – 0,5 µ, bakteri tahan asam tahan alkohol, baketri gram positif, tidak berspora, tidak bergerak, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu–satu, Hidup di dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin, dan Tidak dapat di kultur dalam media buatan. Bagian tubuh yang dingin merupakan tempat predileksi seperti saluran nafas, testis, ruang anterior mata, kulit terutama cuping telingan dan jari– jari. Masa tunas penyakit kusta rata–rata 2 – 5 tahun, ini disebabkan oleh karena masa pembelahan kuman kusta membutuhkan waktu yang sangat lama dibandingkan dengan kuman–kuman lainnya yang memiliki masa tunas kurang lebih 12 – 21 hari. Mycobacterium lepra dapat hidup di luar tubuh selama 2 – 4 hari.

Bentuk bentuk kusta yang dapat kita lihat dibawah mikroskop adalah bentuk utuh, bentuk pecah–pecah (fragmented ), bentuk granular (granulated), bentuk globus dan bentuk clumps. Bentuk utuh, dimana dinding selnya masih utuh, mengambil zat warna merata, dan panjangnya biasanya empat kali lebarnya. Bentuk pecah – pecah, dimana dinding selnya terputus sebagian atau seluruhnya dan pengambilan zat warna tidak merata. Bentuk granular, dimana kelihatan seperti titik–titik tersusun seperti garis lurus atau berkelompok. Bentuk globus, dimana beberapa bentuk utuh atau fragmented atau granulated mengandung ikatan atau berkelompok–kelompok. Kelompok kecil adalah kelompok yang terdiri dari 40 – 60 BTA sedangkan kelompok besar adalah kelompok yang terdiri dari 200 – 300 BTA. Bentuk clumps, dimana beberapa bentuk granular membentuk pulau–pulau tersendiri dan biasanya lebih dari 500 BTA.

Leprosy atau Kusta
a. Epidemiologi
Masalah epidemiologi masih belum terpecahkan, cara penularan belum diketahui pasti hanya berdasarkan anggapan klasik yaitu melalui kontak langsung antar kulit yang lama dan erat. Anggapan kedua adalah secara inhalasi, Micobacterium leprae masih dapat hidup beberapa hari dalam droplet.
Penyebaran penyakit kusta dari suatu tempat ke tempat lain sampai tersebar di seluruh dunia, tampaknya disebabkan oleh perpindahan penduduk yang terinfeksi tersebut. Masuknya kusta ke pulau-pulau Melanesia termasuk Indonesia, diperkirakan dibawa oleh orang–orang Cina. Distribusi penyakit ini tiap–tiap negara maupun dalam negara sendiri ternyata berbeda–beda. Demikian pula penyakit kusta menurun atau menghilang pada suatu negara sampai saat ini belum jelas.
Kusta terdapat dimana–mana, terutama di Asia, Afrika, Amerika Latin, daerah tropis dan subtropis, serta masyarakat yang sosial ekonominya rendah. Makin rendah sosial ekonomi makin berat penyakitnya, sebaliknya faktor sosial ekonomi tinggi sangat membantu penyembuhan. Ada variasi reaksi terhadap infeksi M.leprae yang mengakibatkan variasi gambaran klinis di berbagai suku bangsa. Hal ini diduga akibat faktor genetik yang berbeda.
Faktor–faktor yang perlu dipertimbangkan adalah patogenesis kuman penyebab, cara penularan, keadaan sosial ekonomi dan lingkungan, varian genetik yang berhubungan dengan kerentanan, perubahan imunitas, dan kemungkinan adanya reservoir di luar manusia. Penyakit kusta masa kini lain denga kusta tempo dulu, tetapi meskipun demikian masih banyak hal–hal yang belum jelas diketahui, sehingga masih merupakan tantangan yang luas bagi para ilmuan untuk pemecahannya.
Kusta bukan penyakit turunan. Kuman dapat ditemukan di kulit, folikel rambut, kelenjar keringat, dan air susu ibu, jarang didapat dalam urin. Sputum dapat banyak mengandung M.leprae yang berasal dari traktus respiratorius atas. Tempat implantasi tidak selalu menjadi tempat lesi pertama. Dapat menyerang semua umur, anak–anak lebih rentan daripada orang dewasa. Di indonesia penderita anak–anak di bawah umur 14 tahun didapatkan kurang lebih 13 %, tetapi anak dibawah umur satu tahun jarang sekali. Saat ini usaha pencatatan penderita dibawah umur satu tahun penting dicari kemungkinan ada tidaknya kusta kongenital. Frekuensi tertinggi terdapat pada kelompok umur antara 25 – 35tahun.

b. Patogenesis Leprosy
Masuknya M.Leprae ke dalam tubuh akan ditangkap oleh APC (Antigen Presenting Cell) dan melalui dua signal yaitu signal pertama dan signal kedua. Signal pertama adalah tergantung pada TCR- terkait antigen (TCR = T cell receptor) yang dipresentasikan oleh molekul MHC pada permukaan APC sedangkan signal kedua adalah produksi sitokin dan ekspresinya pada permukaan dari molekul kostimulator APC yang berinteraksi dengan ligan sel T. Adanya kedua signal ini akan mengaktivasi To sehingga To akan berdifferensiasi menjadi Th1 dan Th2.
APC pada kulit adalah sel dendritik dimana sel ini berasal dari sum-sum tulang dan melalui darah didistribusikan ke jaringan non limfoid. Sel dendritik merupakan APC yang paling efektif karena letaknya yang strategis yaitu di tempat – tempat mikroba dan antigen asing masuk tubuh serta organ-organ yang mungkin dikolonisasi mikroba. Sel denritik dalam hal untuk bekerja harus terlebih dulu diaktifkan dari IDC menjadi DC. Idc akan diaktifkan oleh adanya peptida dari MHC pada permukaan sel. Setelah DC matang, DC akan pindah dari jaringan yang inflamasi ke sirkulasi limfatik karena adanya ekspresi dari CCR7 ( reseptor kemokin satu–satunya yang diekspresikan oleh DC matang). M. Leprae mengaktivasi DC melalui TLR 2 – TLR 1 heterodimer dan diasumsikan melalui triacylated lipoprotein seperti 19 kda lipoprotein. TLR 2 polimorfisme dikaitkan dengan meningkatnya kerentanan terhadap leprosy.


DAFTAR PUSTAKA

- Djuanda, Adhi dkk.. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi kelima. FK Universitas Indonesia, Jakarta.
- Syahrurachman, Agus dkk. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Binarupa Aksara, Jakarta

Ayo klik DOWNLOAD agar makalahnya full sampai kesimpulan,...

Mulai Beroperasi

Alhamdulillah,.. setelah beberapa menit blog ini sudah jadi semoga hal ini akan memberikan manfaat bagi semua pengunjung, amin
gooo.....